BEBERAPA anak memperlihatkan kecenderungan bisa "melihat" kejadian yang
akan datang, memiliki kesadaran lebih tinggi dibandingkan dengan anak
seusianya. Mereka dikenal dengan sebutan anak indigo. Meski terkadang
bersikap lebih matang ketimbang anak seusianya, buah hati kita itu tetap
harus diperlakukan sebagai anak-anak sesuai usianya.
"Mami,
jangan menginap di hotel itu. Aku mencium bau darah kematian." Itulah
anjuran seorang anak berusia taman kanak-kanak (TK) manakala keluarganya
memutuskan menginap di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Karena sang
mami paham betul setiap apa yang disampaikan anaknya selalu benar,
mereka pun batal menginap dan mengarahkan kendaraannya menuju hotel
lain. Tak berapa lama kemudian hotel itu meledak! Darah mengalir, korban
bergelimangan. Meluluhlantakkan semua yang ada.
Itu hanya satu
cerita kecil dari begitu banyak cerita tentang keistimewaan anak indigo.
Pada kasus lain menunjukkan, seorang anak kecil yang disinyalir indigo,
mampu menceritakan secara detail tentang keberadaan kakek mereka.
Padahal, anak tersebut lahir setelah sang kakek lama meninggal.
Menurut
psikolog Yuni Megarini, S.Psi., anak indigo bisa disebut juga anak
gifted (luar biasa). Intuisinya sangat tajam. Dia bisa melihat sesuatu
yang tidak dilihat orang lain. Anak indigo juga bisa merasakan sesuatu
yang tidak dirasakan orang lain. Semacam kemampuan indra keenam (sixth
sense) yang tidak dimiliki setiap anak dan setiap orang.
Anak
indigo menurut Yuni memiliki roh yang sudah matang (old soul) sehingga
dalam keseharian, tidak jarang memperlihatkan sifat orang yang sudah
dewasa atau tua. Anak-anak ini memiliki kesadaran yang lebih tinggi
daripada kebanyakan orang. Mereka juga mengenal betul siapa diri dan
tujuan hidup mereka. Malah sering kali anak indigo tidak mau
diperlakukan seperti anak kecil dan tak mau mengikuti tata cara maupun
prosedur yang ada.
"Karena kecenderungannya seperti ini, sering
kali orang menganggap anak indigo sebagai anak yang menderita
‘kelainan’. ‘Kelainan’ di sini bukan berarti berkelainan tetapi beda
karena justru pada dasarnya anak indigo secara fisik adalah anak-anak,"
ujar Yuni.
Dari dua anak indigo yang pernah konseling kepada
Yuni, menunjukkan, IQ mereka memang berada di atas rata-rata anak
seusianya. Mereka juga mampu menganalisis berbagai fenomena yang sedang
terjadi dengan benar dan jujur. Bahkan, anak-anak ini mampu meneropong
berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Semacam kemampuan indra keenam
yang tidak dimiliki setiap orang.
"Itulah makanya saya tidak
menyebut anak-anak ini sebagai anak-anak berkelainan tetapi anak-anak
yang beda dan hebat dibandingkan dengan anak seusianya," ujar Yuni.
Aura ungu
Sementara
itu, menurut dokter anak dr. Julia, Sp.A.K. dari Rumah Sakit Ibu &
Anak Melinda, anak indigo pertama kali diketahui pada tahun 1984,
sebagai anak yang berbeda dari anak lainnya. Istilah indigo diambil dari
warna aura indigo (ungu) yang "terlihat" mengelilingi anak tersebut.
Istilah
indigo dipopulerkan tahun 1998 melalui buku yang berjudul The Indigo
Children: The New Kids Have Arrived yang ditulis pasangan suami-istri
Lee Carroll dan Jan Tober. Sedangkan sumber lain menyebutkan, indigo
berasal dari bahasa Spanyol yang berarti nila. Warna ini merupakan
kombinasi biru dan ungu, diidentifikasi melalui cakra tubuh yang
memiliki spektrum warna pelangi, dari merah sampai ungu.
Istilah
anak indigo atau indigo children juga merupakan istilah baru yang
ditemukan konselor terkemuka di AS, Nancy Ann Tappe. Pada pertengahan
1970-an Nancy meneliti warna aura manusia dan memetakan artinya untuk
menandai kepribadiannya. Tahun 1982 Nancy menulis buku Understanding
Your Life Through Colour. Penelitian lanjutan untuk mengelompokkan pola
dasar perangai manusia melalui warna aura dan mendapat dukungan
psikiater Dr. McGreggor di San Diego University.
Dalam
klasifikasi yang baru itu, Nancy membahas warna nila yang muncul kuat
pada hampir 80 persen aura anak-anak yang lahir setelah 1980. Warna itu
bisa dilihat dengan foto Kirlian atau dengan alat generasi baru sejenis
seperti video aura.
Warna nila menempati urutan keenam pada
spektrum warna pelangi maupun pada deretan vertikal cakra (dari bawah ke
atas), dalam bahasa Sansekerta disebut Cakra Ajna, yang terletak di
dahi, di antara dua mata. Anak indigo adalah anak-anak yang memiliki
aura dominan berwarna nila, namun fisiknya sama seperti anak lainnya.
Jadi
secara fisik, kata Julia, ada beberapa perbedaan yang mencolok antara
anak indigo dari anak nonindigo, yakni sejak lahir orang tua melihat
bahwa bayi mereka "berbeda" dari bayi lainnya. Lebih waspada terhadap
lingkungannya, sudah dapat memfokuskan pandangannya, membutuhkan waktu
tidur lebih sedikit daripada bayi lain seusianya, dll.
Dari sisi
pencernaan, anak indigo juga mempunyai sistem pencernaan yang lebih
sensitif, bahkan banyak anak indigo yang menderita alergi susu sapi.
Anak ini juga tergolong aktif sehingga banyak yang sering didiagnosis
sebagai ADD/ADHD). Sering tidak menerima perintah jika tidak disertai
penjelasan mengapa mereka harus melakukan ini/itu.
Perlakukan sebagai anak
Belum
ada kepastian yang menyebutkan faktor penyebab indigo. Faktor genetik
bukan, faktor gaya hidup (makan makanan yang terus membaik), juga bukan.
"Yang pasti, anak indigo menurut saya betul-betul gifted dari Tuhan
kepada manusia. Tentang mengapa itu bisa terjadi, saya belum menemukan
jawabannya," ungkap Yuni.
Sama halnya penyebab, keberlangsungan
anak indigo ini pun belum diketahui apakah akan terus bertahan sampai
dewasa atau tidak. Yuni menilai, indigo adalah sesuatu yang menyatu
dengan anak tersebut. Itu artinya, kalaupun anak itu dewasa dan dalam
pertumbuhannya terarah dan diarahkan, kemungkinan besar kecenderungan
indigonya dapat terus berkembang.
Kendati demikian, Yuni
menegaskan, anak indigo tetap harus diarahkan meskipun ia pintar
menganalisis berbagai persoalan independen, cepat mempelajari hal-hal
baru (fast learner), merupakan kelompok visual-kinetik (mempelajari
hal-hal baru dengan melihat, dan dapat menirunya dengan mudah),
mempunyai kebijaksanaan yang melebihi usianya, dan dapat melihat,
mendengar, atau mengetahui hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara
logik.
Jika tidak, kata Yuni, bukan hal tidak mungkin jika anak
indigo justru tidak mau bersekolah atau mengerjakan sesuatu yang
dianggapnya remeh temeh.
Karena anak indigo sudah mampu
menyelesaikan banyak persoalan dan cenderung lebih bijak dari anak
seusianya, kemungkinan ditinggalkan teman-temannya sangat besar. Ini
yang semestinya jangan sampai terjadi. Orang tua harus tetap
memperlakukan anak indigo selayaknya anak-anak. Kalaupun ia sangat
pintar, usahakan jangan loncat kelas. Tetapi, sertakan anak dalam
kelas-kelas klasikal biasa dengan memperbanyak dialog dengan guru. Kerja
sama yang baik antara orang tua dan guru dalam mendampingi anak indigo,
besar artinya bagi pertumbuhan anak. "Orang tua harus menjembatani anak
dengan lingkungannya," ujarnya menambahkan.
Jika tidak, anak
indigo cenderung tidak mau mengikuti pelajaran karena dianggapnya
enteng. Tidak cuma itu, anak indigo juga lebih sering mondar-mandir di
kelas karena mereka cepat mempelajari hal-hal baru sehingga tidak betah
berlama-lama untuk sesuatu yang sudah dianggapnya bisa.
Oleh
karena itu, Yuni mengajak para orang tua anak indigo untuk menerima
mereka, pahami, dan ikuti segala analisis ataupun pendapat yang
disampaikan, karena pada umumnya pendapat anak indigo benar. Orang tua
juga jangan "mengadili" karena anak indigo sudah cukup banyak "diemohi"
teman-temannya karena sikap dan perilaku dia yang cenderung dewasa
sebelum usia.
"Jadi, yang pertama harus dilakukan adalah terima
mereka. Contohnya orang tua seperti yang diceritakan tadi. Ia mau
mendengar anjuran anaknya untuk tidak menginap di hotel yang ternyata
akan hancur terkena bom," ujar Yuni.
Yang tidak kalah pentingnya
adalah libatkan anak indigo pada berbagai kegiatan yang mengarah pada
team building. Hal itu akan lebih menyeimbangkan antara kerja IQ anak
indigo yang tinggi dengan hubungan sosial bersama lingkungan. Kalau
tidak, anak indigo besar kemungkinan menjadi penyendiri karena banyak
teman-temannya merasa "beda" dengan anak indigo.
"Dengan terlibat
di team building, anak akan mencoba beradaptasi dengan lingkungannya.
Mereka akan mengikuti permainan kelompok sehingga kalaupun ibu mau
melibatkan anak indigo pada kegiatan olah raga, seni, dll., sebaiknya
pilih kegiatan yang mendorong pada aktivitas-aktivitas yang bersifat
kelompok," ujarnya.
Meski jumlah populasinya belum diketahui,
menurut Yuni, kecenderungan anak indigo di Indonesia maupun dunia
meningkat. Yuni maupun Julia mengaku tidak mengetahui faktor apa yang
menyebabkan hal itu terjadi. "Yang pasti, jumlah anak indigo terus
bertambah," ujarnya.
2 komentar:
Nah.. gitu....
Tulisannya yang bagus ya...
Tersukan menulisnya... mantap
Iea pak,, makasiii..^^ hehe
Posting Komentar